("http://i1122.photobucket.com/albums/l524/riyosuke/7updot-ani-1.gif")("http://i1122.photobucket.com/albums/l524/riyosuke/7updot-ani-1.gif") http://i1122.photobucket.com/albums/l524/riyosuke/guitarblackglitter.gif Agustus 2012 | Belajar ..

Kamis, 30 Agustus 2012

BLUE MOON --- BULAN BIRU

                                                                                                                


Hai teman-teman!!                                                                                                                               

Pada Jumat malam 31 Agustus nanti, kita akan menyaksikan fenomena atau gejala alam yang langka yaitu The Blue Moon (Bulan Biru). Peristiwa ini bisa dilihat dengan mata telanjang,lho.

Apakah ini berarti kita akan melihat bulan yang berwarna biru? Ternyata bukan begitu. Istilah blue moon mengacu pada terjadinya bulan purnama kedua di dalam satu bulan Masehi. Nah, fase bulan purnama pertama telah terjadi pada 1 Agustus lalu. Peristiwa yang disebut the Blue Moon terjadinya cukup jarang. Orang-orang yang berbahasa Inggris pun mempunyai peribahasa “once in a blue moon”, untuk menggambarkan peristiwa yang jarang terjadi.

Sebetulnya, menurut para ilmuwan, fenomena Bulan Biru ini hanya terjadi tujuh kali dalam 19  tahun. Penyebabnya, masa bulan mengorbit bumi adalah sekitar 27, 5 hari. Sementara pada kalender Masehi ada bulan yang memiliki 31 hari, seperti bulan Agustus ini.

Mengapa istilahnya Bulan Biru? Menurut beberapa sumber, dahulu saat bulan purnama kedua terjadi, bulan tampak biru karena dilihat dari bumi, bulan tersaput asap kebakaran yang saat itu terjadi. Bulan juga bisa tampak biru karena berbagai faktor lain, misalnya karena partikel debu letusan gunung berapi yang tersebar di udara. Akan tetapi, kebanyakan Bulan Biru tampak seperti bulan purnama pada umumnya. Nah, bulan purnama kedua di bulan Agustus bisa disaksikan menjelang jam 21.00 WIB di langit timur. Selamat menyaksikan, ya !!

 

Senin, 27 Agustus 2012

Kemeriahan HUT RI ke-67


Kemeriahan HUT RI ke-67      

Kemerdekaan RI ke-67 pada tanggal 17 Agustus 2012 yang jatuh pada hari Jumat, tepat dua hari sebelum Lebaran, bukan hanya diselenggarakan secara protokoler oleh Pemerintah saja. Anak-anak di kampung dan di pelosok gang-gang sempit kota besar dengan semangat kebersamaan merayakannya dengan lomba-lomba kecil penuh kemeriahan.
Tema HUT RI kali ini adalah “Dengan Semangat Proklamasi 17 Agustus 1945, Kita Bekerja Keras untuk Kemajuan Bersama, Kita Tingkatkan Pemerataan Hasil-hasil Pembangunan untuk Keadilan AASosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia”. Hal ini mencerminkan sikap kebersamaan Bangsa Indonesia sebagai prioritas dalam membangun bangsa, sekaligus bersama-sama secara adil dan merata memperoleh hasil-hasil pembangunan. “Bersatu dalam berbagai warna”.
Warga yang tinggal di jalan Tukad Banyupoh Gang IX Denpasar, Bali, tergolong heterogen yang terdiri dari Hindu dan Muslim. Namun sikap toleransi dan kebersamaan selalu terjaga dalam kehidupan sehari-hari. Untuk mempersiapkan perlombaan anak-anak, dari sehari sebelumnya, kaum ibu-ibu secara swadaya membeli segala keperluan lomba.
Kegiatan lomba sebenarnya dimaksudkan untuk mempererat tali persatuan warga yang dinikmati oleh anak-anak sebagai sebuah bentuk pendidikan karakter. Di tengah situasi bangsa dengan kemerosotan moral oleh isu SARA dan politik, anak-anak seyogyanya dipertontonkan sikap-sikap toleransi sejak dini, kebersamaan dalam perbedaan warna, karena dengan persatuan dan kebersamaanlah kemerdekaan dapat diraih oleh para pejuang dahulu.
Dengan gegap gempita anak-anak mengikuti kegiatan lomba. Mulai lomba makan kerupuk, memasukkan paku dalam botol, lari kelompok sampai lomba memangku balon dilakukan untuk memeriahkan HUT RI ke-67. Bagi anak-anak, kalah menang bukanlah persoalan. Yang terpenting adalah generasi muda saat ini menyadari bahwa kemerdekaan ini harus diisi dengan kegiatan-kegiatan yang berguna bagi nusa dan bangsa.


Belajar
                                                                                                                                                      Belajar adalah perubahan yang relatif permanen dalam perilaku atau potensi perilaku sebagai hasil dari pengalaman atau latihan yang diperkuat.

Belajar merupakan akibat adanya interaksi antara stimulus dan respon. Seseorang dianggap telah belajar sesuatu jika dia dapat menunjukkan perubahan perilakunya. Menurut teori ini dalam belajar yang penting adalah input yang berupa stimulus dan output yang berupa respon.
Stimulus adalah apa saja yang diberikan guru kepada pelajar, sedangkan respon berupa reaksi atau tanggapan pelajar terhadap stimulus yang diberikan oleh guru tersebut. Proses yang terjadi antara stimulus dan respon tidak penting untuk diperhatikan karena tidak dapat diamati dan tidak dapat diukur, yang dapat diamati adalah stimulus dan respon, oleh karena itu apa yang diberikan oleh guru (stimulus) dan apa yang diterima oleh pelajar (respon) harus dapat diamati dan diukur.

Belajar sosial

Belajar sosial (juga dikenal sebagai belajar observasional atau belajar vicarious atau belajar dari model) adalah proses belajar yang muncul sebagai fungsi dari pengamatan, penguasaan dan, dalam kasus proses belajar imitasi, peniruan perilaku orang lain. Jenis belajar ini banyak diasosiasikan dengan penelitian Albert Bandura, yang membuat teori belajar sosial. Di dalamnya ada proses belajar meniru atau menjadikan model tindakan orang lain melalui pengamatan terhadap orang tersebut. Penelitian lebih lanjut menunjukkan adanya hubungan antara belajar sosial dengan belajar melalui pengkondisian klasik dan operant.
Banyak yang secara salah menyamakan belajar observasional dengan belajar melalui imitasi. Kedua istilah ini berbeda dalam arti bahwa belajar observasional mengarah pada perubahan perilaku akibat mengamati model. Ini tidak selalu berarti bahwa perilaku yang ditunjukkan orang lain diduplikasi. Bisa saja si pengamat justru melakukan sesuatu yang sebaliknya dari yang dilakukan model karena ia telah mempelajari konsekuensi dari perilaku tersebut pada si model. Dalam hal ini adalah belajar untuk tidak melakukan sesuatu dan ini berarti terjadi belajar observasional tanpa adanya imitasi.
Walau belajar observasional dapat terjadi dalam setiap tahapa kehidupan, tapi terutama terjadi saat pada anak-anak, karena pada saat itu otoritas dianggap penting. Penelitian Bandura mengenai boneka Bobo merupakan demonstrasi dari belajar observasional dan ditunjukkan bahwa anak cenderung terlibat dalam perlakuan yang bengis terhadap boneka setelah melihat orang dewasa di televisi melakukan hal tersebut pada boneka yang sama. Bagimanapun, anak mungkin akan melakukan peniruan bila perilaku model mendapat penguatan. Permasalahannya, seperti diteliti oleh Otto Larson (1968), bahwa 56% karakter dalam acara televisi anak mencapai tujuannya melalui tindakan kekerasan.

 
Copyright Belajar .. 2009. Powered by Blogger.Designed by Ezwpthemes .
Converted To Blogger Template by Anshul .